Monday, 13 August 2018

Mimpi Hasan Al Bashri




Antara Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin ada rasa sentimen. Keduanya tidak mahu saling menyapa. Setiap kali mendengar orang lain menyambut nama Ibnu Sirin, Hasan Al-Bashri merasa tidak suka : "Jangan sebut nama orang yang berjalan dengan lagak sombong itu di hadapanku," katanya.

Pada suatu malam Hasan Al-Bashri bermimpi seolah-olah ia sedang bertelanjang di kandang binatang sambil membuat sebatang tongkat. Pagi hari ketika ia bangun, ia merasa bingung dengan mimpinya itu. Tiba-tiba ia ingat bahawa Ibnu Sirin yang kurang ia sukai adalah orang yang pandai menafsirkan mimpi.

Merasa malu bertemu sendiri, ia lalu meminta tolong seorang teman dekatnya: "Temui Ibnu Sirin, dan ceritakan mimpiku ini seakan-akan kamu sendiri yang mengalaminya," pesannya. Teman dekat Hasan Al-Bashri itu segera menemui Ibnu Sirin. Begitu selesai menceritakan isi mimpi tersebut, Ibnu Sirin langsung berkata:

"Bilang kepada orang yang mengalami mimpi ini, jangan menanyakannya kepada orang yang berjalan dengan lagak sombong. Kalau berani suruh ia datang sendiri kemari."

Mendengar laporan yang disampaikan temannya ini, Hasan Al-Bashri kesal. Ia bingung, dan merasa tercabar. Setelah berfikir sejenak, akhirnya ia memutuskan untuk bertemu langsung dengan Ibnu Sirin. Ia tidak peduli dengan rasa malu atau gengsi.

"Antarkan aku ke sana," katanya. Begitu melihat kedatangan Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin menyambutnya dengan baik. Setelah saling mengucap salam dan berjabat tangan, masing-masing lalu mengambil tempat duduk yang agak berjauhan.

"Sudahlah, kita tidak usah berbasa-basi. Langsung saja, aku bingung memikirkan dan menafsirkan sebuah mimpi," kata Hasan Al-Bashri.

"Jangan bingung," kata Ibnu Sirin." Telanjang dalam mimpimu itu adalah ketelanjangan dunia. Ertinya, engkau sama sekali tidak bergantung padanya kerana engkau memang orang yang zuhud. Kandang binatang adalah lambang dunia yang fana itu sendiri. Engkau telah melihat dengan jelas keadaan yang sebenarnya. Sedangkan sebatang tongkat yang engkau buat itu adalah lambang hikmah yang anda katakan, dan mendatangkan manfaat bagi ramai orang."

Sesaat Hasan Al-Bashri terkesima. Ia kagum pada kehebatan Ibnu Sirin sebagai ahli tafsir mimpi, dan percaya sekali pada penjelasannya.

"Tetapi bagaimana engkau tahu kalau aku yang mengalami mimpi itu?" tanya Hasan Al-Bashri.

"Ketika teman engkau menceritakan mimpi tersebut kepadaku, aku berfikir, menurutku, hanya engkau yang layak mengalaminya." jawab Ibnu Sirin.

Sumber : Kitab Wafyat al-A'yan oleh al-Shafadi

Wednesday, 8 August 2018

Kepemimpinan Umar bin Khottob ra




Saat itu Beliau menangis memikirkan bagaimana jika seandainya ada satu ekor keledai yang terperosok dijalan berlubang. Atau saat Beliau menggendong sekarung gandum yang akan diberikan pada seorang ibu yang kedapatan oleh Beliau memasak kerikil dalam kuali demi membohongi anaknya yang kelaparan dan meminta makan.

Atau saat beliau memberikan sebuah tulang unta yang telah digores lurus oleh pedangnya yang diberikan kepada seorang Yahudi untuk disampaikan kepada gubernur Amr bin Ash ra.

Sedikit kejadian yang tertulis diatas menunjukan tingginya kualitas kepemimpinan Umar bin Khattab ra dengan tingkat pemikiran dan keimanan yang sangat tinggi.

Hal ini menunjukkan betapa beliau sangat faham makna dari politik yaitu mengurusi urusan umat. Juga menunjukan betapa beliau sangat memahami betapa berat konsekuensi yang akan diperoleh oleh seorang pemimpin jika sampai ada satu manusia yang mengadu kepada Allah SWT atas kerusakan, kezaliman dan ketidakadilan yang dibuat sebab kepemimpinnya. Ngeri, apa sebab ?, karena Allah SWT akan menjauhkan surga dari pemimpin -pemimpin yang dzolim. Umar bin Khattab sangat memahami hal tersebut.

Wilayah kekuasaan Umar bin Khattab sangat luas. Dakwah dan jihad dilaksanakan denggan sungguh-sungguh, apa sebab ?, karena beliau sangat memahami tidak ada yang lebih indah untuk disampaikan kepada umat manusia selain Islam. Islam akan membebaskan umat manusia dari penghambaan kepada sesama umat manusia. Islam akan membuka banyak jalan kebaikan bagi umat manusia. Walaupun Islam tidak pernah memaksa satu umatpun untuk masuk kedalamannya kecuali dengan keridloannya, kecuali dengan keiikhlasannya. Ini yang dibuktikan oleh Umar bin Khattab ra.
Beliau bergerak berdakwah dan berjihad menyampaikan Islam hingga cahayanya masuk ke negeri Syam.

Khalifah Umar bin Khattab ra sangat memahami bahwa ditangan dan dipundak kepemimpinannya harus terbuka jalan jalan kebaikan untuk umat manusia, maka beliau membuka jalan jalan kebaikan itu. Beliau sangat faham jika rezeki sebagai jaminan dari Allah SWT harus datang dengan wasilah kebijakan yang memudahkan manusia untuk memperolehnya bukan dengan menyulitkannya.

Maka wajarlah jika peradaban hidup yang dibangun dimasanya adalah peradaban manusia yang sangat tinggi. Keadilan, kemaslahatan dan keberkahan hidup dirasakan seluruh umat manusia dibawah kepemimpinannya.

Berbanding terbalik dengan kondisi peradaban manusia saat ini, yang penuh dengan kerusakan dalam tatanan kehidupan masyarakatnya, baik dari sisi politik, hukum dan sosial kemasyarakatan.

Maka sudah sepatutnya para pemimpin saat ini, berkaca dan belajar dari kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ra yang ditulis dengan tinta emas sejarah tentang keberhasilan kepemimpinannya.

Benarlah apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah Muhammad saw, bahwa manusia selamanya tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan dua hal yaitu Kitabullah wa Sunnaturrasul. Kegemilangan kepemimpinan Umar bin Khattab ra telah membuktikannya, dan umat manusia akan menjadi saksi kebaikan kepemimpinannya dizamannya didunia hingga kelak saat dibangkitkan kembali di yaumil akhir. wamataufiki illabillah.

Oleh: Ayu Mela Yulianti, SPt voa-islam.com

Monday, 6 August 2018

Hadiah Dari Neraka



Di hari kiamat kelak malaikat maut akan membentak kepada Iblis: "Berhentilah kamu Iblis laknat dan rasalah kepedihan maut sebagaimana yang dirasai oleh orang-orang yang engkau sesatkan dalam beberapa abad yang kau hidup dan inilah hari yang ditentukan oleh Allah terhadap kamu, maka kemanakah kamu hendak lari?."

Apabila Iblis mendengarnya maka ia cuba lari tetapi kemana sahaja ia pergi malaikat maut tetap berada di hadapannya. Tidak ada satu tempat pun untuk ia bersembunyi. Kemudian ia berlari mendapatkan kubur Nabi Adam sambil berkata: "Disebabkan kamulah aku mendapat laknat." Kemudian Iblis bertanya kepada malaikat maut: "Minuman dan seksaan apakah yang akan dikenakan terhadapku?" Maka jawab malaikat: "Kamu akan diberi minum dari Neraka Ladha, seksa yang akan kamu terima serupa dengan siksa ahli neraka dan berlipat kali ganda."

Mendengar hal itu maka Iblis pun berguling di atas tanah sambil menjerit sekuat suaranya, kemudian ia berlari dari barat ke timur dan akhirnya sampai ke tempat yang mula-mula diturunkan. Disitu dia dihalang oleh malaikat Zabaniah dengan rantai di tangannya.

Tatkala itu bumi bagaikan api kerana dikerumuni oleh malaikat Zabaniah yang menikam dengan bantulan dari Neraka Ladha sehingga Iblis merasakan seksa sakaratul maut. Disaat itu akan dipanggil Nabi Adam dan Siti Hawa untuk melihat Iblis. Maka berdoalah mereka: "Ya Allah, sesungguhnya engkau telah menyempurnakan nikmat-Mu kepada kami."

Sunday, 5 August 2018

Kisah Perjalanan Hidup Ustadz Abdul Somad



Siapa yang tak kenal dengan Ustaz Abdul Somad (UAS)? Somad, sebagai seorang pendakwah. Videonya pun banyak menyebar di media sosial dan sudah populer di seluruh penjuru Indonesia.

Nama Ustaz Abdul Somad semakin melejit setelah direkomendasikan oleh para ulama sebagai salah satu cawapres Prabowo Subianto pada Pilpres 2019.

Walau demikian, tak banyak orang yang mengetahui latar-belakang Ustaz Abdul Somad.

Berdasarkan referensi dari beberapa video ceramah Ustaz Abdul Somad yang diunggah ke YouTube, Warta Kota mencoba merangkum latar belakang UAS.

UAS lahir pada hari Rabu, 18 Mei 1977 atau 30 Jumadil Awal 1397 H di sebuah kampung yang bernama Silo Lama, Silau Laut, Kabupeten Asahan, Sumatera Utara.



Moyangnya adalah Syekh Abdurrahman yang pernah belajar ilmu agama Islam di Mekkah, Arab Saudi.

Sepulangnya dari Mekkah, Syekh Abdurrahman menghadap Sultan Asahan dan diberikan sebidang tanah yang kemudian di atasnya dibangun sebuah rumah.



“Lalu dibuatnyalah rumah yang masih ada sampai sekarang, namanya rumah besar, satu arsitek dengan Istana Lima Laras di kabupaten Batubara, Sumatera Utara,” ujar Ustaz Abdul Somad.

Di tempat itulah Syekh Abdurrahman membangun biduk rumah tangga hingga turun-temurun sampai ke generasi Ustaz Abdul Somad.

“Kemudian beranak pinaklah Syekh Abdurrahman tadi, punya anak perempuan bernama Siti Aminah, Siti Aminah punya anak perempuan bernama Hajjah Rohana, Hajjah Rohana punya anak itulah saya Abdul Somad,” tutur UAS.



Walaupun moyangnya adalah seorang Syekh, Ustadz Abdul Somad tidak dianggap demikian, sebab Sumatera Utara menganut paham patrilinial atau berdasarkan keturunan ayah.

“Tapi saya tidak dianggap keturunan Tuan Syekh karena dari pihak perempuan. Makanya kalau ada yang bertanya keturunan Tuan Syekh, tidak saya bilang. Terus, ayah saya petani, orang biasa. Kami bukan keturunan bangsawan, bangsa yang hidup di awan,” kata UAS.

Ustaz Abdul Somad menempuh pendidikan dasar di SD Al-Washliyah Medan dan tamat tahun 1990.

Ia lalu melanjutkan ke MTs Mu’allimin Al-Washliyah yang juga masih di Medan dan tamat tahun 1993.

Selama satu tahun setelahnya, UAS menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul Arafah, Deliserdang, Sumatera Utara.

Kemudian keluarga UAS memutuskan untuk merantau ke Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, bekas kerajaan Melayu Pelalawan yang merupakan pecahan dari Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Di tanah perantauan itu UAS melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragiri Hulu sampai lulus tiga tahun kemudian.

Pada tahun 1998, UAS mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.

UAS dan 99 orang lainnya berhasil menyingkirkan 900 peserta yang ikut seleksi.

“Lalu kemudian melanjutkan ke Universitas Al-Azhar tahun 1998 sampai 2002. Empat tahun saya pulang, melanjutkan ke UKM, Universiti Kebangsaan Malaysia jurusan FPI, Faculti Pengajian Islam,” ucap Ustad Abdul Somad.

Namun Di UKM Malaysia, UAS hanya sempat kuliah selama dua semester saja.

Ia kemudian mendapatkan beasiswa S2 dari The Moroccan Agency of International Cooperation di Dar El-Hadith El-Hassania Institute, Maroko.

“Lalu dapatlah tahun 2004 saya berangkat, 2006 akhir dapatlah gelar setelah dua tahun di sana dari Darul Hadits di Rabat, nama gelarnya DESA. Tapi malu saya memakainya. Masa jauh-jauh balik Desa. Jadi saya tulis ajalah Lc, MA. Karena kebanyakan orang pakai MA,” kata UAS.

Menurutnya, Dar El-Hadith El-Hassania Institute, Maroko, setiap tahunnya hanya menerima 20 mahasiswa melalui jalur beasiswa.

15 di antaranya diperuntukkan bagi pelajar Maroko dan 5 sisanya diperebutkan oleh pelajar dari seluruh dunia.

“AMCI memberi beasiswa tujuh tahun, saya baru habiskan dua tahun, berarti ada jatah lima tahun lagi. Tapi kata emak saya waktu saya mau lanjut Doktor, tak ada gunanya kau balik Doktor kalau aku almarhumah. Akhirnya saya baliklah. Itulah mengapa saya tak Doktor. Kesal seumur hidup tak dapat dijemput balik. Makanya kalau udah salaman, kenalkan Doktor, aduh ciut saya,” ujar UAS.

Setelah selesai wisuda, UAS menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah, Arab Saudi.

Kebetulan waktu itu musim haji pada bulan Desember.

Selesai berhaji, UAS terbang dari Jeddah ke Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam menggunakan pesawat Royal Brunei.

“Itulah singgah saya ke rumah guru saya Haji Armawi Abdurrahman. Beliau juara Musabaqoh Tahfiz Quran di Mekkah Al-Mukarramah tahun 1987-1988. Kemudian beliau mengajar di Pondok Tahfiz Quran. Jadi saya dapat info, ustad saya mau datang ke Brunei, datanglah, maksudnya mau transit kalau bisa dapat kerja di Brunei,” tutur UAS.

Setelah melamar pekerjaan ke sejumlah tempat, UAS lalu pulang ke rumah orangtuanya di Riau dan menjadi dosen di sebuah universitas swasta.

Ia kemudian mengikuti tes untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. UAS mendapatkan kabar bahwa dirinya diterima sebagai dosen kontrak di universitas yang ada di Brunei Darussalam.

“Hari itu pikiran bercabang. Kata emak saya tak usahlah kau pergi lagi karena sudah terlalu lama jauh. Anak tak banyak, saya anak pertama adik saya anak ke-dua. Kau di sini sajalah walaupun hujan batu di sini hidup juga kau nanti. Itu skenario Allah SWT,” ucap UAS.[kk/tribun/eramuslim]

Saturday, 4 August 2018

Solusi Dalam Keadaan Terjepit




🌹 بسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

🌹 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tatkala Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam telah terpojok di dalam gua Tsaur, dan sahabat Abu Bakar radhiallahu 'anhu mulai galau, merasa sesaat lagi akan tertangkap.
.
Pada saat kritis semacam ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan keteladanan sikap yang benar dengan bersabda:
.
يَا أَبَا بَكْرٍ مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا
.
Wahai Abu Bakar, apa pradugamu dengan dua orang yang selalu didampingi oleh Allah dengan pertolongan-Nya ? (Mutafaqun 'alaih)
.
Keteladanan di atas benar-benar telah dijiwai oleh para sahabat, sehingga pada saat peperangan seusai perang Uhud, sebagian insan media utusan Quraisy berusaha meruntuhkan mentalitas ummat Islam. Media Quraisy tersebut berkata: "Sesungguhnya seluruh manusia telah bersatu padu memerangi kalian".
.
Namun di luar dugaan, dengan tetap tenang, tanpa ada rasa takut sedikitpun, para sahabat menjawab insan media utusan Quraisy tersebut dengan berkata:
.
حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
.
"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
.
Dan ternyata hasilnya luar biasa; pertolongan Allah benar benar menyertai mereka:
.
فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُواْ رِضْوَانَ اللّهِ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
.
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Ali Imran 173-174)
.
Sobat! Mari kita selesaikan berbagai problematika dan tantangan hidup ini dengan kembali kepada Allah Ta'ala. Letakkan segala daya dan upaya yang anda miliki, dan segera sandarkan diri anda kepada daya dan pertolongan Allah Ta'ala, percayakan segala urusan anda kepada-Nya, niscaya anda bahagia. (fb)